Secara kasat mata dan logika tentu saja tak ada yang menyalahkan judul di atas. Secara, matahari bersinar lebih terang dari pada lilin, dilihat dari segi manfaat, pun matahari adalah jawaranya. Namun, apakah hanya sebatas itu saja diskusi kita kali ini? Tentu saja tidak! kita akan berpetualang ke negeri lilin dan matahari, jauh… sejauh anda memaknainya.
Baiklah, saya berusaha menghadirkan contoh yang sederhana, bahkan mungkin sangat, sangat, dan sangat sederhana. Why? supaya otak kita (anda dan saya, kalau anda kurang berkenan, biarlah saya seoarang diri L) bisa lebih mudah menyerap sekaligus menyimpannya dalam memori yang tak terlupakan (berharap).
Manusia adalah mahluk tertinggi ciptaan Allah, yang mana tujuan sebenar-benarnya adalah mengabdi kepada Allah, sesuai dengan firman-Nya, “Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.’’ (QS. Adz- Dzaariyaat 51:56).
Kemudian, salah satu wujud pengabdian kita kepada Allah yaitu berusaha menjadi manusia terbaik di antara manusia-manusia lainnya. Lalu, bagaimana cara menjadi manusia terbaik? Saya teringat akan sebuah hadits, “Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaat bagi orang lain” (H.R. Bukhari). Berdasarkan kutipan hadist tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa salah satu cara untuk menjadi manusia terbaik adalah dengan memberi manfaat paling banyak atau paling besar kepada orang lain.
persoalan kini muncul ketika kita salah memaknai hadits tersebut. maksud saya begini, misalkan saja kita berada dalam ruang lingkup lembaga dakwah, yang mana tugas kita adalah memberi pengetahuan dan pancaran cahaya islam kepada orang lain, ya! Tentu saja kita akan belomba-lomba berdakwah agar memiliki manfaat paling banyak kepada orang lain serta menyandang status manusia terbaik.
Tanda tanya besarpun muncul, apakah hal-hal yang kita sampaikan kepada orang lain, benar-benar telah kita jalankan? Telah benar kita kerjakan? Apakah bukan hanya sekedar omong kosong? Ketahuilah sahabat, amat besar kebencian Allah terhadap apa-apa yang dikatakan namun tidak kita kerjakan. Tidak percaya? tolong buka QS. Ash- Shaff 61: 3.
Lalu apa hubungannya dengan lilin dan matahari?
Baiklah, menurut saya, kita yang berbuat demikian dapat dikatakan seperti lilin. Ibarat sebuah lilin, ia mampu menerangi sekelilingnya, tapi tahukah anda apa yang terjadi dengan lilin? Ia membakar dirinya sendiri, meleleh dan akhirnya padam. Nah, seperti itulah kita, memberi pencerahan kepada orang lain sedang kita sendiri tidak mengerjakan apa yang kita katakan, sungguh kita adalah orang yang merugi, menceburkan diri ke jurang dosa, mendzhalimi diri sendiri dan akhirnya….
Sungguh berbeda ketika kita bisa mencerahkan diri sendiri sekaligus mencerahkan orang lain, selain tidak melukai diri sendiri justru pahala yang kita dapatkan. Status manusia terbaikpun dapat direngkuh! Ya, Seperti matahari! menjadi matahari, menjadi paling banyak manfaatnya, menerangi seluruh alam tanpa melukai diri sendiri, selalu dinanti-nantikan dan tidak pernah lelah sebagai wujud pengabdiannya kepada Allah Azza Wajalla.
So, sahabat, mari bersama-sama untuk tidak menjadi lilin, jadilah matahari!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar