Matahari masih nampak malu menyapa cakrawala, Makassar mendung di pagi hari. Pada saat yang sama, jemari saya menekan tombol keyboard handphone, menulis dan terus menulis, sangat sibuk.
Satu demi Satu semua pesan akhirnya terkirim….
“Assalamu ‘alaikum bunda… udah beberapa hari ini saya kepikiran sesuatu yang mengganjal hati saya, hal ini benar-benar membuat saya gelisah.. yang pada intinya saya akan mengundurkan di group ini. Banyak sekali pertimbangan dan tiap do’a yang saya panjatkan, hati saya condong pada keputusan ini…. mudah-mudahan inilah keputusan yang terbaik buat saya.
Mohon maaf atas segala khilaf selama berada di group ini dan terima kasih tak terhingga untuk semua kebaikan, nasihat dan do’a-do’a yang menyejukkan kalbu. Jazakumullou khoiran.
NB: Bunda: Panggilan untuk ketua karena secara umur beliaulah yang paling tua di antara kami.
Yah, begitulah saya mengakhiri kalimat pengunduran diri saya dari group mengaji ODOJ (One day one juz) yang lagi booming di Indonesia saat ini, yang juga telah tersiar hingga luar negeri.
Bagi saya saya pribadi, keputusan itu adalah keputusan yang sempat mebuat saya galau, saya tidak menapikkan bahwa saya adalah manusia biasa yang juga memiliki naluri keduniaan, pencintraan agamais, reputasi, sedikit takut sudah beranjak ke ujub. Astagfirullah.
Kemudian kebersamaan yang begitu kental dari berbagai daerah melahirkan sikap baru yang menurut saya tidak layak saya kembangkan. Apa itu? sikap menggantungkan perkara kepada selain Allah dan kurang berpasrah kepada Allah, pencipta saya. Lagi-lagi saya beristigfar kepada Allah.
Lebih dari itu ada perasaan ketenangan beribadah yang ingin saya capai, namun sayang, belum saya dapatkan di sini.
Banyak berpikir dan merenung, hingga akhirnya saya sampai pada keputusan tersebut. Saya sedih pada akhirnya tak akan membaca laporan-laporan kholas (selesai) pada Juz-juz yang telah dibagikan, atau kalimat-kalimat motivasi seputar ODOJ, dan banyak hal lainnya.
Manusia diciptakan dengan dengan akal dan perasaan sebagaimana Allah berfirman bahwa Manusialah mahluk paling sempurna di dunia ini, dengan anugerah itu pula saya memilih di setiap pilihan-pilihan hidup yang ada. Memilih yang terbaik untuk hidup dunia dan akhirat.
Perahu telah bersandar di garis pantai, jangkar telah dilabuhkan, dan layar telah digulung. Satu kata telah dibuat, tekad untuk berhenti di sini, dan kelak akan melanjutkan pada perjalanan lainnya.
Semoga keputusan ini adalah yang terbaik dunia maupun akhirat.
Salam ODOJ #184
Makassar, di suatu pagi yang mendung.